DERASNYA air tumpah kian terdengar di beberapa sudut. Hawa sejuk mulai terasa menusuk kulit dan merasuk paru-paru sesaat setelah memasuki kawasan obyek wisata alam Maribaya. Warna-warni aneka tanaman dan berbagai benda khas yang dijajakan pun turut memancing pandangan mata.
Adalah sebuah perkampungan kecil di kaki Gunung Masigit dan dialiri dua sungai. Konon, perkampungan kecil itu berasal dari nama seorang wanita cantik yang menjadi sumber kehebohan orang, terutana kaum pria. Perempuan tua cantik tersebut sangat khawatir akan nasib puterinya. Tapi, tak bisa berbuat apa-apa karena termasuk orang yang hidup jauh daripada berkecukupan.
Karena kecantikan puterinya, mereka takut akan terjadi malapetaka pada keluarganya. Terdorong ingin membahagiakan anak cucunya kelak, orangtua wanita cantik tersebut pergi bertapa ke Gunung Tangkuban Parahu.
Setelah mendapat dan menjalankan wangsit, menumpahkan bokor, muncul sumber air panas mineral mengandung belerang, dan jadilah sumber air panas yang dapat digunakan untuk pengobatan. Sejak saat itulah, banyak orang yang berkunjung ke tempat tersebut. Untuk berobat, berekreasi menghirup udara segar alam pegunungan, dan perbukitan. Demi mengenang puterinya, perkampungan kecil itu diberi nama sesuai dengan nama puteri cantik mereka, yaitu “MARIBAYA”.
Hingga kini, kurang lebih sudah 42 tahun Maribaya telah menjadi obyek wisata alam yang terletak di Kecamatan Lembang. Berjarak 5 km dari kota Lembang ke sebelah timur dan 22 km dari pusat Kota Bandung.
“Keunggulan Maribaya sebagai obyek wisata alam yang ada di Kabupaten Bandung Barat ini, ngetop-nya dari dulu itu karena memiliki alam sejuk dan fasilitas yang menonjolnya yaitu, air terjun dan air bahan belerang. Dan itu alami, bukan buatan,” kata staff promosi pariwisata Maribaya, Endang Sehabudin, (16/2/2013).
Mitos-mitos dibalik Maribaya pun menjadi legenda unik tersendiri. “Namanya kita ada air terjun dan pohon beringin, mitos pasti ada,” ungkap Endang.
Mitos pertama, Jangan memakai baju warna merah karena pemakai baju warna merah biasanya mengalami kecelakaan. Kedua, jangan membunyikan alat musik gong dan suling, karena biasanya hujan akan segera turun. Ketiga, jangan memakan cabe terlalu pedas, karena akan keluar keringat banyak.
“Sampai sekarang alhamdulillah tujuh belas tahun saya kerja di sini, tidak pernah mitos-mitos itu sampai kejadian. Meski ada sedikit ketakutan, berdoa saja pada Allah, tapi sekali lagi, itu tidak pernah terjadi,” terang Endang yang sudah menjadi pengelola sejak 1994 itu.
Maribaya dialiri dua sungai, yaitu sungai Cigulung dan Cikawari. Dari kedua sungai tersebut, terdapat tiga air terjun. Yaitu, Curug Cikawari, Cigulung, dan Cikoleang. Fasilitas yang tersedia, seperti panggung hiburan, kuda tunggang, kios-kios souvenir dan tanaman hias, aula dan mushola, serta pemandangan. [] Santi I BandungOke